Entaskan Kemiskinan, Wamensos Agus Jabo Dorong Fasilitator Jadi Ujung Tombak Pemberdayaan

09-05-2025
 
Penulis
Annisa Chyka
Editor
Dwi
Yogyakarta (9 Mei 2025)Perubahan paradigma pengentasan kemiskinan dari perlindungan sosial berbasis bantuan sosial (bansos) menjadi pemberdayaan masyarakat harus betul-betul diwujudkan. Dalam kaitan ini, para fasilitator memiliki peran sentral sebagai ujung tombak pemberdayaan.

“Sampai kapan rakyat kita hidup tergantung pada bantuan sosial? Kita harus berubah. Kita ingin mereka menjadi mandiri, berdaya, dan produktif. Bansos itu sementara, pemberdayaan selamanya,” ujar Wakil Menteri Sosial RI Agus Jabo Priyono dalam acara penutupan Pelatihan Fasilitator Pengembangan/Pemberdayaan Masyarakat, Peningkatan Kapasitas SDM PKH, dan Sosialisasi Sekolah Rakyat di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta, Jumat (9/5/2025).

Pelatihan ini diikuti oleh 38 peserta, dengan 36 orang di antaranya berasal dari 9 desa pilot project pemberdayaan di Jawa Tengah. Kepada para fasilitator, Agus Jabo menegaskan bahwa mereka harus menjadi pelopor perubahan. “Kita buat model. Kita ingin contoh konkret. Ini bukan sekadar pelatihan, tapi titik tolak perubahan,” katanya.

Dia memberi gambaran, mengacu pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), mayoritas warga miskin ada di Jawa Tengah dan bekerja di sektor pertanian informal tanpa kepemilikan lahan. Setelah dipetakan, kelompok ini selanjutnya menjadi prioritas dalam model pemberdayaan desa yang dikembangkan Kementerian Sosial melalui 923 desa sasaran.

Program percontohan ini, lanjutnya, sudah berjalan di beberapa wilayah, termasuk Kabupaten Banyumas, sebagai bentuk sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.

Selain mengawal pergeseran strategi pengentasan kemiskinan, Agus Jabo juga mengingatkan para fasilitator untuk tak pernah lelah memberi motivasi agar mindset warga miskin berubah, dari penerima bansos menjadi berdaya. Dia pun membagikan kisah inspiratif dari seorang ibu di Maros yang menolak dicap sebagai penerima bantuan.

“Saya tidak ingin anak-anak saya dicap anak orang miskin. Saya ingin berupaya, saya ingin berdaya, saya ingin bermartabat,” tuturnya menirukan ucapan ibu tersebut. Kisah nyata ini disebutnya sebagai cermin semangat yang harus terus digelorakan oleh seluruh fasilitator.

Harapan Agus Jabo kepada para fasilitator disambut hangat oleh Abdul, peserta pelatihan dari Kabupaten Pemalang. Dia menyatakan siap menjadi agen perubahan agar masyarakat berdaya.

“Program Bapak Agus Jabo ini sudah tepat. Orang-orang itu biar cerdas harus teratur. Bisa mengisi waktu untuk memberikan mutu agar masyarakat kita tidak selalu mengharapkan pemberian, ini kesan yang luar biasa,” katanya.

Sementara itu, Kepala Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kemensos, Hasyim, menyampaikan bahwa pelatihan ini dirancang untuk mencetak fasilitator yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga menjadi agen perubahan di masyarakat.

“Pelatihan ini dikemas dalam empat klaster materi, yaitu komunikasi dan perubahan sosial; pelembagaan program desa sejahtera mandiri; penguatan jejaring dan kemitraan; serta perlindungan sosial berbasis pemberdayaan ekonomi. Output akhirnya adalah blueprint pemberdayaan yang bisa diterapkan langsung di desa masing-masing,” jelas Hasyim.

Ia juga menegaskan pentingnya keberlanjutan dan exit strategy dalam pelaksanaan program agar peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terjaga dalam jangka panjang.
Bagikan
Kemensos