Gus Ipul Tekankan Pentingnya Perubahan Paradigma Pilar Sosial untuk Akselerasi Pengentasan Kemiskinan

14-05-2025
 
Penulis
Flo
Editor
David
Probolinggo (14 Mei 2025) - Perubahan paradigma pilar-pilar sosial terkait bantuan sosial menjadi salah satu kunci dalam percepatan pengentasan kemiskinan. Pernyataan ini disampaikan Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul saat menghadiri dialog pilar-pilar sosial di Pendopo Kabupaten Probolinggo, Rabu (14/5/2025).

"Jadi teman-teman pilar sosial, mari kita mulai dengan mengubah paradigma kita, mengubah mungkin hal-hal yang selama ini tidak sadar menjadi kebiasaan kita. Kita harus berubah, kita harus mau berhijrah ke depan ini punya tekad bansos (sifatnya) sementara, berdaya selamanya," ujarnya.

Pilar Sosial menjadi perhatian Mensos Gus Ipul karena berperan penting dalam menggerakkan program kesejahteraan sosial di masyarakat. Peran mereka terdiri dari Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), pendamping PKH, Tagana, Karang Taruna (KT), dan Organisasi Sosial (LKS).

Sinergi antar Pilar Sosial tersebut juga sangat penting karena setiap elemen memiliki peran khusus. Mulai dari PKH yang fokus pada pendampingan keluarga, TKSK pada fasilitasi layanan sosial, Tagana pada kebencanaan, Rehsos pada rehabilitasi sosial, Pordam menjaga ketahanan sosial, PSM sebagai penggerak di akar rumput, dan Karang Taruna sebagai motor generasi muda. Semua elemen ini harus bersatu dalam satu misi, yakni membangun Indonesia dari bawah.

Mensos Gus Ipul juga berharap, pilar sosial atau pendamping sosial harus mengedukasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM), baik bansos Program Keluarga Harapan (PKH) maupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) agar tidak bergantung pada bansos. Lantaran bantuan ini hanya bersifat sementara sehingga harus mengedepankan paradigma pemberdayaan.

"Jadi bansos itu sementara, kasih tahu KPM-KPM yang didampingi oleh para pendamping dan juga mungkin didampingi oleh para pilar yang lain," ujar Mensos Gus Ipul. Dari sisi Kementerian Sosial juga memperkuat komitmen untuk menyeimbangkan upaya dalam perlindungan dan jaminan sosial dengan memperkuat program pemberdayaan, misalnya berupa bantuan modal dan pelatihan-pelatihan.

"Sehingga membuat usahanya nanti akan makin besar ke depannya atau kalau dia ingin kerja, maka nanti akan mengikuti program-program pemberdayaan lewat pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan. Beri bimbingan, para pendamping PKH khususnya, beri pendampingan mereka, beri edukasi agar mereka tercerahkan bahwa bansos itu sementara, berdaya selamanya," jelas Mensos Gus Ipul.

Khusus pembagian bansos tahap berikutnya yang akan menggunakan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), Mensos Gus Ipul memastikan bakal ada pemutakhiran data setiap tiga bulan oleh Badan Pusat Statistik dan pihak-pihak terkait lainnya agar bantuan yang disalurkan bisa tepat sasaran. Hal ini memungkinkan adanya masyarakat yang menerima bantuan pada triwulan pertama, tapi tidak lagi mendapatkan bantuan yang sama pada triwulan kedua.

DTSEN sebagai fondasi utama seluruh intervensi sosial, menurut Mensos Gus Ipul, harus didukung oleh pendamping sosial. Mereka harus aktif mengawal pemutakhiran data dan memastikan ketepatan sasaran bantuan.

"Kemiskinan tidak bisa diatasi hanya dengan bantuan, tapi harus dengan perubahan sistemik berbasis data, pendidikan, dan pemberdayaan," sebut Mensos Gus Ipul.

Sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat, Sekolah Rakyat juga berperan solusi jangka panjang. Sekolah ini dirancang untuk memutus mata rantai kemiskinan melalui akses pendidikan dan pengembangan kapasitas warga miskin.

"Sekolah Rakyat bukan hanya tempat belajar, tapi ruang tumbuhnya agen perubahan sosial," ungkap Mensos Gus Ipul.

Untuk menghasilkan sebuah perubahan sosial, maka dimulai dari proses seleksi siswa Sekolah Rakyat yang ketat dan berbasis data agar tidak ada kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Rekrutmen calon siswa wajib fokus pada desil 1—kelompok termiskin berdasarkan DTSEN.

"Pendamping harus jujur, objektif, dan bertanggung jawab dalam proses seleksi agar sekolah benar-benar menyasar mereka yang paling membutuhkan," ujar Mensos Gus Ipul menegaskan.

Kekuatan para pendamping bersumber dari filosofi bahwa Bansos Sementara, Berdaya Selamanya yang artinya bantuan sosial hanya bersifat sementara untuk menyelamatkan. Mensos Gus Ipul mengingatkan bahwa tujuan utamanya adalah mendorong kemandirian sehingga penerima bansos harus didorong naik kelas menjadi warga produktif dan mandiri.

Mensos Gus Ipul juga memastikan para pendamping sosial menjaga integritas dan jiwa kerelawanan karena basisnya tugas kemanusiaan, bukan sekadar profesi. Masyarakat pun dapat meneladani dalam etika, disiplin, dan semangat melayani dari para pendamping sosial.

"Mari bergerak bersama, wujudkan Indonesia Berdaya. Dengan DTSEN sebagai peta jalan, Sekolah Rakyat sebagai terobosan, dan bansos sebagai jembatan. Mari kita pastikan bahwa yang miskin hari ini, akan berdaya dan merdeka esok hari," ujar Mensos Gus Ipul.
Bagikan
Kemensos